Connect with us

Luar Negeri

Taiwan Gelar Pekan Kesetaraan Gender di New York

Published

on

Release SMSI Pusat –

NEW YORK USA, MLCI – Rangkaian kegiatan “Pekan Kesetaraan Gender Taiwan” oleh Kementerian Luar Negeri tahun ini diadakan di New York, Amerika Serikat (AS), bersamaan dengan konferensi Komisi Status Perempuan PBB (Commission on the Status of Women/CSW) ke-68.

Menurut keterangan pers yang diterima kantor Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), Selasa (19/03/2024), puncak kegiatan tersebut adalah “Taiwan Main Stage and Taiwan Cultural Night”, yang diadakan di kantor perwakilan Taiwan di New York pada malam tanggal 13 Maret, 2024 waktu Amerika Bagian Timur, bertema “Fostering Women and Girls’ Financial Resilience”.

Forum tersebut dihadiri oleh Wakil Perdana Menteri Kerajaan Eswatini Thulisile Dladla, Presiden Akademi Keuangan dan Perbankan Taiwan Hank C.C Huang, tokoh politik dari negara sahabat, serta perwakilan LSM internasional. Mereka hadir menyampaikan pidato utama dan berpartisipasi dalam dialog untuk berbicara dengan komunitas internasional. Berbagai lapisan masyarakat menghadiri acara tersebut dengan respon yang sangat antusias.

Kepala Kantor perwakilan Taiwan di New York James K.J.Lee dalam pidatonya menyatakan bahwa Taiwan adalah pemimpin dalam mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.

Lee menekankan bahwa Taiwan akan terus bekerja dengan mitra internasional untuk menghilangkan undang-undang, norma dan praktik sosial yang diskriminatif guna meningkatkan akses perempuan terhadap sumber daya keuangan.

Sementara itu, Utusan Tetap Kepulauan Marshall untuk PBB, Amatlain Elizabeth Kabua, dalam pidatonya menyampaikan bahwa Taiwan adalah mitra pembangunan yang penting bagi kepulauan Marshall dan mereka bersama-sama membentuk “Dana Bergulir Pinjaman Mikro Kewirausahaan Perempuan” untuk secara konkret melaksanakan pemberdayaan ekonomi perempuan.

Taiwan memiliki banyak hal yang layak untuk dibagikan kepada dunia. Hanya ketika PBB menyetujui keanggotaan Taiwan barulah pengambilan keputusan terhadap negara-negara kecil menjadi lebih setara, inklusif, dan benar, ujarnya.

Wakil Perdana Menteri Kerajaan Eswatini Thulisile mengatakan dalam pidato pertamanya bahwa negaranya adalah sekutu setia Taiwan, dan Taiwan juga merupakan mitra penting dalam kerja sama ekonomi dan pengembangan Eswatini.

Menurutnya, Taiwan telah bekerja sama dengan banyak LSM untuk memberikan layanan yang cocok bagi perempuan Eswatini, juga sumber daya keuangan, bantuan teknis, dan program pelatihan yang dibutuhkan.

Mantan Duta Besar Departemen Luar Negeri AS untuk Masalah Perempuan Global, Kelley Currie, mengatakan bahwa Taiwan telah memberikan contoh di kawasan Indo-Pasifik untuk menggambarkan bagaimana pemberdayaan perempuan dapat meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan suatu negara, prospek kesejahteraan,

Dan, menyelenggarakan berbagai program untuk mempromosikan kesetaraan perempuan dan pemberdayaan ekonomi global di bawah Kerangka Kerja Sama dan Pelatihan Global (Global Cooperation and Training Framework) dengan Amerika Serikat dan mitra lainnya.

Direktur Departemen Indo-Pasifik Kementerian Luar Negeri Lituania Julius Pranevičius, menyatakan Taiwan dan Lituania memiliki konsep yang sama dan berdiri di garis depan demokrasi dan kebebasan untuk membela supremasi hukum dan hak asasi manusia.

Taiwan secara aktif mempromosikan pemberdayaan perempuan di seluruh dunia, dan “Pekan Kesetaraan Gender Taiwan” adalah bagian penting dari upaya ini, imbuhnya.

Selanjutnya, sesi kedua forum ini menampilkan dialog menarik antara Hank C.C.Huang, Presiden Akademi Keuangan dan Perbankan, tokoh politik dari negara sahabat dan perwakilan LSM internasional.

Menteri Pembangunan Sosial dan Gender dari Saint Vincent dan Grenadines, Orando Brewster, menyebutkan dalam rekaman video bahwa “Proyek Pemberdayaan Perempuan” yang dipromosikan bersama oleh Taiwan dan Saint Vincent and Grenadines telah membantu kaum perempuan di negaranya dalam mengembangkan profesional dan keterampilan teknis.

Perempuan Saint Vincent and Grenadines juga memperoleh kemandirian ekonomi dan kesempatan kerja yang setara untuk mengurangi kemiskinan rakyat di negara tersebut, ujarnya, seraya berjanji untuk bersatu dan mendukung Taiwan dan bekerja sama guna melindungi hak dan kepentingan perempuan di negara Kawasan Karibia itu.

Utusan Tetap Belize untuk PBB Carlos Fuller menekankan bahwa sistem demokrasi Taiwan dan Belize yang dinamis membuat persahabatan kedua negara semakin solid.

Dia berterima kasih kepada “Program Pinjaman untuk Membantu Sektor Produktif dan Usaha Perempuan” yang telah mendukung pengusaha perempuan mikro, kecil dan menengah di Belize dan mendorong pemulihan ekonomi setelah pandemi COVID-19.

Presiden Akademi Keuangan dan Perbankan Taiwan Hank C.C Huang yang berbicara tentang “Empowering Females Financial Well-Being from Girl to Women” mengenalkan kisah-kisah sukses Taiwan dalam memberdayakan perempuan secara ekonomi melalui konsep keuangan inklusif, sehingga menumbuhkan kemandirian dan kekuatan ekonomi perempuan yang langgeng.

CEO Outright International Maria Sjodin mengatakan bahwa Taiwan penuh dengan vitalitas demokrasi dan pemimpin di bidang kesetaraan gender, dan pencapaiannya melebihi rata-rata kinerja global dan Asia pada tahun 2021.

Forum ini disponsori bersama oleh Kementerian Luar Negeri Taiwan dan Yayasan Promosi dan Pembangunan Hak Perempuan, serta mengundang Denise Scotto, wakil presiden International Federation of Women in Legal Careers (FIFCJ), sebagai moderator.

Forum tersebut juga dihadiri oleh tokoh-tokoh dari berbagai negara yang berkomitmen untuk mendorong kesetaraan gender dan disiarkan langsung di media sosial dan YouTube Kementerian Luar Negeri Taiwan.

Setelah forum tersebut, salah satu pendiri “Yuanli Say Hi Home” Lin Xiupeng, pembuat teh “Longyuan Tea House” Fang Chien-ai dan direktur eksekutif YWCA Kabupaten Pingtung Lin Chun-feng berbagi kisah mereka dalam mempromosikan penciptaan ekonomi lokal. Upaya ini telah mendobrak kerangka gender dalam pekerjaan dan partisipasi keuangan, serta pengambilan keputusan dan pengalaman sukses lainnya.

Lin mengarahkan para peserta untuk merasakan pengalaman bertenun, budaya upacara minum teh, serta menyanyi dan menari suku Amis, agar mereka memahami bagaimana perempuan Taiwan menggunakan warisan budaya lokal yang mendalam untuk membangun model ekonomi yang sukses. Pengalaman ini juga diharapkan memperdalam pemahaman para peserta forum tentang perempuan Taiwan dalam inovasi ekonomi.

Selain itu, untuk menambah citra Taiwan pada acara ini, ahli ukiran kertas internasional Taiwan Hung Hsin-fu diundang secara khusus untuk memberikan pertunjukan seni kertas yang luar biasa. Melalui proses pemotongan kertas, dia memperkenalkan spesies biologis unik Taiwan, beragam kelompok etnis, festival, dan adat istiadat kepada para tamu yang berpartisipasi, menunjukkan kekayaan sumber daya alam Taiwan, serta keragaman dan inklusi budaya Pulau Formosa.

“Taiwan Main Stage dan Taiwan Cultural Night” yang diadakan pada malam tanggal 13 Maret yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan “Pekan Kesetaraan Gender Taiwan” dari Kementerian Luar Negeri telah diterima dengan baik oleh tamu internasional yang menghadiri acara tersebut.

“Malam Inovasi Gender” juga diadakan pada tanggal 14 Maret, dengan mengundang komunitas pemuda pemudi lokal di New York untuk terlibat dalam dialog guna menciptakan upaya yang lebih berkelanjutan dalam mewujudkan kesetaraan gender.

Selain itu, 31 LSM Taiwan dan 3 pemerintah daerah Taiwan mengadakan 33 pertemuan paralel LSM CSW selama konferensi CSW, termasuk 19 pertemuan fisik, yang menunjukkan kepada masyarakat internasional atas upaya Taiwan dan hasil yang bermanfaat dalam mempromosikan kesetaraan gender.***

Bagikan Berita :
Continue Reading

Luar Negeri

Karya Sutradara Martin Rustandi Tayang di TaiwanPlus

Published

on

By

TAIPEI, MLCI – Sutradara Indonesia-Taiwan, Martin Rustandi, dengan dukungan dari Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei (KDEI-Taipei) mulai menayangkan perdana seri mini-dokumenter terbarunya “Not Far From Home” pada 21 Januari 2025 pukul 06.00 sore melalui channel TV lokal TaiwanPlus.

Keterangan pers Radio Taiwan International (RTI), Selasa (28/1/2025) menyebutkan, pada 23 Januari 2025, KDEI-Taipei juga secara khusus menggelar Konferensi Pers “Not Far From Home” di ruang Indonesia Exhibition Centre kantor KDEI-Taipei lantai 1, pukul 11:00 waktu setempat.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh banyak tamu undangan, termasuk perwakilan MOL (Kementerian Ketenagakerjaan Taiwan), Wakil Kepala Kantor Urusan Imigran Baru DPP, pimpinan channel TV TaiwanPlus, produser film, para pemeran dalam masing-masing episode, media lokal Taiwan, dan komunitas Indonesia setempat.

Kepala KDEI-Taipei, Arif Sulistiyo dalam kata sambutannya pada konferensi pers menyampaikan apresiasi terkait hadirnya film yang dibuat oleh sutradara asal Indonesia di Taiwan, Martin Rustandi.

“Ini tidak semata sebuah karya seni, namun juga menjadi bentuk dukungan kepedulian terhadap keberadaan masyarakat Indonesia di Taiwan yang telah turut berkontribusi bagi perekonomian Taiwan dan Indonesia,” ujarnya.

Film ini, lanjutnya, memberikan perspektif yang berbeda bagi masyarakat Taiwan tentang Indonesia yang mana turut menekankan pentingnya toleransi dan kerjasama antar komunitas.

Adapun episode 1 film ini bertajuk “Sally’s Taste” dan telah ditayangkan di Saluran TV TaiwanPlus. Film ini mengggambarkan sebuah kisah tentang makanan Indonesia yang dibawa ke Taiwan, termasuk bumbu dan rempah-rempah asal Indonesia.

Film dokumenter ini sangat menyentuh hati para penonton, dan bagi yang berminat masih dapat menikmatinya di situs dan akun YouTube “TaiwanPlus”.

Produser Film Diana Chiawen Lee menyampaikan, tatkala menceritakan sebuah kisah, akan menjadi sangat unik jika isinya adalah tentang kisah hidup imigran asal Indonesia di Taiwan.

Film dokumenter tersebut akan ditayangkan setiap Selasa sejak 21 Januari 2025 dengan tajuk Sally’s Taste, kemudian pada 28 Januari bertajuk Melati’s Moves. Tiga episode berikutnya, masing-masing bertajuk: Nita’s Voice, Pindy’s Craft dan Ela & Rick’s Journey.

Keseruan ala Indonesia

Dalam konferensi pers, awak media disuguhkan tayangan di tempat untuk episode 2 yang bertajuk Melati’s Move, yaitu kisah tentang seorang guru tari tradisional Indonesia, Melati, yang kini adalah guru tari di Taipei National University of Art (TNUA).

Pengambilan syuting dan editing dibuat sangat elegan dengan nilai seni kontemporer tinggi, yang menjadikannya berbeda dengan film dokumenter pada umumnya.

Selain itu, sutradara Martin Rustandi tidak lupa memasukkan “Keseruan ala Indonesia” yang terlihat asing dan ditampilkan dari imigran asal Indonesia di Taiwan dengan editing yang mendetail, termasuk latar lagu suara yang sarat suara gamelan kuno terpadu modern.

Pemain utama dalam episode Melati’s Move, Ibu Melati, menyoroti bahwa para penari yang terlihat di atas pentas panggung mayoritas serba otodidak. Panggung kegiatan diibaratkan sebuah “Rumah” yang bagi para Pekerja Migran Indonesia (PMI) dijadikan sebagai sebuah “Tujuan lokasi”.

Mereka yang tertarik untuk pentas akan rela menyediakan waktu untuk belajar menari tarian yang mungkin tidak pernah disaksikan saat mereka berada di Indonesia.

Saat Melati memberikan masukan tentang tarian tradisional, keterikatan Melati dengan para PMI yang belajar menari pun terbentuk, dimana tali silahturahmi antar WNI di Taiwan terus bergulir cepat seirama dengan jalannya waktu.

Ada asa ada rasa, paduan unik suka duka dan ragam cerita latar belakang imigran Indonesia di Taiwan, dimana Melati menyebutkan bahwa tarian sangat mudah untuk dikembangkan, hanya melalui sebuah gerakan, dan ini akan memberikan efek besar dalam bidang pengembangan diri dan sosial masyarakat.

“Namun sayangnya, sebegitu kegiatan pentas digelar dan selesai, maka selesai pula ‘Rumah’ imigran Indonesia tersebut, dan para PMI akan berlanjut bertemu di ‘Rumah’ lainnya di masa yang akan datang,” ujar Melati.

Menurut Martin Rustandi, mini seri lima episode ini menyajikan eksplorasi yang penuh makna tentang pengalaman imigran Indonesia di Taiwan dan memberikan perspektif baru terhadap cerita-cerita imigran.

“Proyek ini sangat personal bagi saya sebagai seorang imigran sekaligus Sutradara. Tujuan saya adalah mengangkat suara-suara yang seringkali terabaikan. Lewat kisah-kisah ini, saya berharap dapat menumbuhkan pemahaman dan apresiasi yang lebih besar terhadap kontribusi tak ternilai dari para imigran Indonesia bagi masyarakat Taiwan,” tuturnya.

Dalam konferensi pers, Sutradara Martin juga menyampaikan rasa terima kasih khusus kepada Melati, dengan alasan bahwa kisah Melati adalah kisah perdana yang disyuting, juga menjadi syutingan terakhir dalam seri mini dokumenter tersebut.

Hal ini dikarenakan di tengah masa penyutingan Melati’s Move, ayahanda Melati yang berada di Indonesia dikabarkan meninggal dunia, dan penyutingan terakhir untuk seri mini dokumenter tersebut adalah syuting bagian akhir epidose Melati’s Move usai Melati kembali ke Taiwan.

Martin menyampaikan, tak kenal maka tak sayang. Dalam seri mini dokumenter ada unsur tarik ulur untuk emosi hati di antara selang masa dulu dan kini. Selain itu untuk dapat mengenal hingga menerima keragaman struktur masyarakat sangat dibutuhkan adanya unsur toleransi antar semua pihak dalam kehidupan manusia.

Diharapkan seri mini dokumenter “Not Far From Home” mampu menjadi jembatan pengenalan masyarakat dan pertukaran kebudayaan Indonesia di Taiwan. Film ini menyoroti pengalaman imigran asal Indonesia di Taiwan yang penuh warna, namun seringkali luput dari perhatian publik.

Serial ini menggambarkan perjalanan hidup mereka yang penuh transformasi, mulai dari menghadapi tantangan hingga meraih harapan serta menyoroti perjuangan mereka dalam menggapai mimpi, beradaptasi secara budaya, dan membangun kehidupan baru di tanah Taiwan yang mereka anggap sebagai rumah kedua.*** Sumber SMSI Pusat

Bagikan Berita :
Continue Reading

Luar Negeri

Segera ke Taiwan, Mahasiswa Penerima Beasiswa ICDF Dapat Pengarahan TETO

Published

on

By

Release SMSI Pusat –

JAKARTA, MLCI – Kantor Perdagangan dan Ekonomi Taipei (TETO) di Indonesia mengadakan pengarahan kepada para mahasiswa penerima Program Beasiswa Pendidikan Tinggi Internasional Dana Pembangunan dan Kerjasama Internasional Taiwan (ICDF) yang akan segera berangkat ke Taiwan.

Siaran pers TETO di Jakarta, Jumat 23 Agustus 2024 menyebutkan, acara yang berlangsung pada 20 Agustus 2024 itu dibuka secara resmi oleh Kepala Perwakilan TETO di Indonesia, John Chen.

Pada kesempatan itu John Chen mewakili Kementerian Luar Negeri Taiwan juga menyerahkan beasiswa pendidikan tinggi tersebut secara simbolis kepada sembilan mahasiswa Indonesia yang berhasil meraih beasiswa tersebut pada tahun ini.

John Chen menyampaikan pidato ucapan selamat kepada para mahasiswa yang berhasil meraih beasiswa penuh dari Taiwan ICDF dan mendorong mereka untuk memanfaatkan kesempatan belajar dengan baik di Taiwan.

Para mahasiswa, lanjutnya, juga perlu melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Taiwan untuk merasakan adat istiadat dan kebudayaan Taiwan, serta bergabung dengan organisasi kemahasiswaan di universitas dan asosiasi alumni Taiwan di berbagai platform media sosial.

John Chen berharap, setelah lulus nanti, baik yang tetap tinggal di Taiwan maupun yang kembali ke Indonesia, para mahasiswa dapat terus saling berhubungan dan menjadi jembatan penting dalam mempromosikan pertukaran dan kerjasama bilateral antara Taiwan dan Indonesia.

Disebutkan, pada tahun ini terdapat sembilan mahasiswa penerima beasiswa yang akan masuk ke National Taipei University, National Chung Cheng University, National Central University, National Sun Yat-sen University, National Cheng Kung University, dan National Pingtung University.

Mereka akan menempuh pendidikan Magister (S2) dan Doktoral (S3) di berbagai bidang profesional seperti pertanian, teknik mesin, manajemen penanggulangan bencana, perencanaan wilayah dan tata kota, serta bidang pendidikan dengan keseluruhan pembelajaran dibawakan dalam Bahasa Inggris.

Pengarahan kali ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa penerima beasiswa dari Indonesia untuk mempersiapkan diri sebelum berangkat ke Taiwan. Pada kesempatan itu juga dijelaskan semua peraturan terkait beasiswa, dinamisme belajar di Taiwan, dan pedoman keselamatan selama mereka berada di Taiwan.

Saat ini terdapat lebih dari 16.000 mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Taiwan, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah mahasiswa terbanyak kedua di Taiwan.

Banyak mahasiswa penerima beasiswa yang setelah lulus dan kembali ke Indonesia menjadi semakin berprestasi dan menjadi sahabat yang mendukung Taiwan di kancah internasional.

Disebutkan pula, TETO di Indonesia akan terus mendorong pelajar Indonesia untuk menempuh pendidikan di Taiwan, mempromosikan pendidikan Bahasa Mandarin ke seluruh dunia, dan menyediakan beasiswa untuk menempuh pendidikan Sarjana (S1), Magister (S2) maupun Doktoral (S3) di Taiwan. Taiwan menyambut baik mahasiswa Indonesia berprestasi untuk mendaftarkan diri agar mendapat kesempatan belajar di Taiwan.***

Bagikan Berita :
Continue Reading

Luar Negeri

Mewakili Indonesia, Tim Rebana LASQI Labura Juarai Festival Antarbangsa di Malaysia

Published

on

By

Release SMSI Sumut- 

MALAYSIA, MLCI – Tim Rebana LASQI Labuhanbatu Utara (Labura) yang mewakili Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI Indonesia berhasil menjadi Juara 1 dan menjadi tim terbaik pada pertandingan Kompang Antarbangsa di Melaka, Malaysia yang diselenggarakan dari Jumat 21 Juni 2024 hingga 23 Juni 2024.

Pada penampilannya dengan skill yang sudah terlatih, Tim Rebana DMDI Indonesia tampil apik dan energi memainkan Gendang Rebana, sehingga menghasilkan nada dan irama yang mengesankan.

Kemudian ditambah dengan aksi panggung yang membuat Ribuan penonton dari Beberapa negara Asean bersorakan dan Kagum.

Ketua Umum DMDI Indonesia Datuk H Said Aldi Al Idrus SE MM mengapresiasi prestasi yang diraih Tim Rebana yang selama ini  dibina ini oleh Bupati Labura H Hendriyanto Sitorus SE MM melalui LASQI Labura Sumatera Utara.

“Alhamdulillah Tim Rebana  DMDI Indonesia Besutan H Idris Aritonang Ketua Lasqi Labura menjadi juara 1 dan menjadi Tim terbaik di tingkat antarabangsa, Ini prestasi yang sangat luar biasa. Mengharumkan nama DMDI Indonesia Lasqi Labura Sumut di luar negeri,” ujar Said Aldi kepada wartawan melalui sambungan seluler dari Melaka Malaysia, Minggu (23/6/2024).

Said Aldi berharap, dengan torehan prestasi gemilang yang berhasil diraih Tim Rebana DMDI Indonesia oleh Pimpinan Rombongan Wakil Sekjend DMDI Indonesia H Syafrizal Harahap yang juga Ketua Umum DPW BKPRMI Sumut, Ketua Lasqi Labura H Idris Aritonang, Said Abdul Razak Al idrus Biro Belia DMDI semoga dapat bermanfaat bagi pelestarian dan pembinaan budaya musik religi di dunia melalui DMDI.

Said Aldi juga mengungkapkan, selain aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan dan keagamaan serta budaya, DMDI Indonesia juga memiliki sanggar musik Islami dengan melatih Tim Rebana bekerjasama dengan Lasqi yang sudah malang-melintang mengikuti festival di tingkat nasional dan juga internasional.

“Dan salah satu hasilnya meraih juara 1 dan menjadi Tim terbaik di Melaka, Malaysia dan berharap agar  Tim Rebana tetap berlatih di bawah binaan Lasqi Labura mengembangkan variasi warna musik. Apabila nantinya ada lagi festival tingkat internasional, bisa kembali mengikuti dan memberikan hasil terbaik,” katanya.

Pihaknya terima kasih kepada Presiden DMDI Tun Seri Setia HM Ali Rustam, Wakil Presiden Komjend Pol Purn Syafruddin, Dewan Penasehat Dr H Rahmatshah, H Musa Rajekshah, Bupati dan wakil Bupati serta masyarakat Labura yang telah memberikan dukungan dan Doanya sehingga Tim Rebana DMDI Indonesia menjadi juara dan tim terbaik di luar negeri, ujar Said Aldi yang juga Ketua Umum DPP BKPRMI.***

Bagikan Berita :
Continue Reading

Populer

error: Content is protected !!