Opini
Panen Pahala di Bulan Mulia
Oleh: Windo Putra Wijaya (HDMI SUMSEL)
Bismillah walhamdulillah. Bulan nan mulia itu telah tiba. Bulan muwasat. Bulan untuk meluaskan dan memperbanyak ibadah. Bulan yang dijanjikan berlimpah berkah di dalamnya.
Bulan yang dua bulan sebelum kedatangannya, telah dipinta dalam doa, Allahumma barik lana fi Rajaba wa Sya’bana wa ballighna Ramadana, ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikan kami bertemu dengan bulan Ramadan.
Pertemuan ini tentu layak dan sangat patut untuk disyukuri. Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya menceritakan, tentang kisah tiga orang sahabat Rasul, dua orang diantaranya meninggal lebih dulu dalam medan jihad, manakala satu yang terakhir dipanjangkan usianya oleh Allah sehingga bertemu dengan Ramadan-Ramadan berikutnya yang tak dijumpai oleh sahabatnya yang telah wafat.
Qaddarallah, dipenghujung riwayat itu ditegaskan, bahwa sahabat yang terakhir meninggal, mengungguli kedua sahabatnya yang telah mendahuluinya, dalam kedudukan disisi Allah, sebab pertemuan dengan Ramadan yang diisinya dengan pelbagai ibadah.
Hal inilah yang dibahasakan oleh Imam Ibnu Rajab al-Hambali, dalam Lathaif al-Ma’arif nya, dengan syarafu al-zaman, kemuliaan waktu. Bila dibulan lain, seperti yang direkam dalam riwayat al-Nasai, kita mesti menunggu malam-malam khusus untuk diterima ibadah (baca: doa), seperti malam pertama bulan Rajab, malam nishfu Sya’ban, malam Jumat dan dua malam ‘Id, maka di bulan Ramadan, semua waktunya bernilai. Kemuliaan waktu yang tak terbatas.
Menit demi menitnya bernilai. Jam demi jamnya berharga. Siangnya berkah, malamnya berkah. Bahkan dalam riwayat al-Baihaqi, hadits diterima dari sahabat Salman al-Farisi Ra. disebutkan, Rasulullah Saw. menyatakan: “Siapa yang melakukan kebaikan dan ibadah sunnah di bulan Ramadan diganjar oleh Allah seperti melakukan ibadah wajib, dan siapa yang melakukan ibadah wajib, dinilai oleh Allah seperti melaksanakan tujuh puluh kali ibadah wajib.
Dalam perkara yang lebih spesifik, Rasul menerangkan tentang keutamaan ibadah-ibadah yang dilakukan di bulan mulia ini. Sebuah hadits misalnya riwayat Bukhari dan Muslim, hadits dari Ibnu Abbas Ra., Rasul mengatakan: “Sesungguhnya umrah yang dilakukan di bulan Ramadan senilai dengan ibadah haji bersamaku.”
Dikesempatan yang berbeda, Rasul pernah pula ditanya, “Ya Rasulullah, sedekah apa yang paling utama? Rasul menjawab: Sedekah yang dilakukan di bulan Ramadan.” (HR. Ibnu Majah dari Anas bin Malik Ra.)
Karenanya, meniatkan dan membuat list ibadah yang akan dilakukan menjadi suatu kemestiaan. Inilah waktunya. Inilah kesempatannya. Bulan mulia untuk berpanen pahala. Dan puncaknya, bulan suci ini, Allah sediakan hadiah yang spesial, bahwa diantara malam-malam Ramadan, Allah tetapkan salah satunya sebagai lailatul qadar. Malam yang nilainya Allah sebut lebih baik dari seribu bulan (QS. Al-Qadr: 03).
Semoga Allah menganugerahkan istiqamah dalam ibadah. Memberikan rezeki dan lezatnya iman di malam qadr, dan akhirnya berhak menyandang predikat takwa. Wallahul Musta’an.***
01 Ramadan 1445 H.
LRT Bandara – DJKA.