Luar Negeri
Presiden Jokowi Hadiri Resepsi Pernikahan Pangeran Mateen

Release SMSI Pusat –
BANDAR SERI BEGAWAN, MLCI –
Bandar Seri Begawan – Presiden Jokowi memenuhi undangan Sultan Hassanal Bolkiah untuk menghadiri resepsi pernikahan puteranya, Pangeran Abdul Mateen di Bandar Seri Begawan Brunei Darussalam, Minggu 14 Januari 2024.
Presiden tiba di Bandar Udara Internasional Brunei pada Sabtu sore, 13 Januari 2024, disambut oleh Menteri Pertahanan II Mayjen (Purn.) Pehin Halbi bin Mohd. Yussof, Kepala Kepolisisn Diraja Brunei Mohammad Irwan bin Hambali, Kepala Angkatan Bersenjata Diraja Brunei Mayjen Muhammad Haszaimi bin Bol Hassan, Dubes RI untuk Brunei Achmad Ubaedillah beserta istri, dan Atase Pertahanan Kolonel Arm. Doddy Suhadiman beserta istri.
Sebelumnya Presiden melakukan lawatan kenegaraan ke Filipina dan Vietnam sejak 9 Januari lalu. Dalam kunjungan kenegaraan itu Presiden didampingi oleh Kepala Staf Presiden Jenderal TNI (Purn.) Muldoko, Menlu Retno Marsudi, Menteri BUMN Erick Thohir, Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono, dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Gandi Sulistiyanto Suherman.
Saat berada di Bandar Seri Begawan, Presiden dan para Menteri menginap di Assaara Guest House yang disediakan oleh Pemerintah Brunei Darussalam. Ketika tiba di Guest House tersebut Presiden dan rombongan disambut oleh para diplomat di KBRI Bandar Seri Begawan serta perwakilan warga Indonesia yang tinggal di Brunei.
Selain Presiden RI, resepsi pernikahan Pangeran Abdul Mateen sendiri akan dihadiri oleh banyak kepala negara lainnya. Pangeran Mateen adalah putera ketiga dari istri kedua Sultan Hassanal Bolkiah.
Pangeran Mateen mempersunting kekasihnya (cucu Penasehat Kerajaan), Yang Mulia Dayang Anisha Rosnah binti Adam. Rangkaian acara pernikahan berlangsung selama 10 hari, dari tanggal 7 hingga 15 Januari 2024, dan akad nikah diselenggarakan pada 11 Januari 2024 di Masjid Omar Ali Saifuddin yang berlokasi di tengah kota Bandar Seri Begawan.
Presiden Jokowi serta para pemimpin negara dari seantero dunia akan hadir pada resepsi pernikahan yang akan diselenggarakan pada 14 Januari 2024 di Istana Nurul Iman yang megah dan asri.
Kegembiraan rakyat Brunei Darussalam dalam menyambut pernikahan Pangeran Mateen terlihat dari banyaknya hiasan dan baliho di tempat-tempat umum di Kota Bandar Seri Begawan.
Selain akan menghadiri resepsi pernikahan Pangeran Mateen, saat berada di Bandar Seri Begawan, Presiden melakukan pertemuan dengan para pelaku usaha Brunei yang tergabung dalam Konsorsium Investasi yang diketuai oleh Pangeran Anak Putri Hajjah Amal Rakiah.
Pangeran Anak Putri Hajjah Amal Rakiah adalah adik kandung Sultan Hassanal Bolkiah dan pemilik perusahaan Ameerah Al Mubarakah SDN BHD yang bergerak di bidang properti dan usaha di sektor food and beverages. Konsorsium Investasi yang dipimpinnya akan melakukan investasi di IKN.***

Luar Negeri
Karya Sutradara Martin Rustandi Tayang di TaiwanPlus

TAIPEI, MLCI – Sutradara Indonesia-Taiwan, Martin Rustandi, dengan dukungan dari Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei (KDEI-Taipei) mulai menayangkan perdana seri mini-dokumenter terbarunya “Not Far From Home” pada 21 Januari 2025 pukul 06.00 sore melalui channel TV lokal TaiwanPlus.
Keterangan pers Radio Taiwan International (RTI), Selasa (28/1/2025) menyebutkan, pada 23 Januari 2025, KDEI-Taipei juga secara khusus menggelar Konferensi Pers “Not Far From Home” di ruang Indonesia Exhibition Centre kantor KDEI-Taipei lantai 1, pukul 11:00 waktu setempat.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh banyak tamu undangan, termasuk perwakilan MOL (Kementerian Ketenagakerjaan Taiwan), Wakil Kepala Kantor Urusan Imigran Baru DPP, pimpinan channel TV TaiwanPlus, produser film, para pemeran dalam masing-masing episode, media lokal Taiwan, dan komunitas Indonesia setempat.
Kepala KDEI-Taipei, Arif Sulistiyo dalam kata sambutannya pada konferensi pers menyampaikan apresiasi terkait hadirnya film yang dibuat oleh sutradara asal Indonesia di Taiwan, Martin Rustandi.
“Ini tidak semata sebuah karya seni, namun juga menjadi bentuk dukungan kepedulian terhadap keberadaan masyarakat Indonesia di Taiwan yang telah turut berkontribusi bagi perekonomian Taiwan dan Indonesia,” ujarnya.
Film ini, lanjutnya, memberikan perspektif yang berbeda bagi masyarakat Taiwan tentang Indonesia yang mana turut menekankan pentingnya toleransi dan kerjasama antar komunitas.
Adapun episode 1 film ini bertajuk “Sally’s Taste” dan telah ditayangkan di Saluran TV TaiwanPlus. Film ini mengggambarkan sebuah kisah tentang makanan Indonesia yang dibawa ke Taiwan, termasuk bumbu dan rempah-rempah asal Indonesia.
Film dokumenter ini sangat menyentuh hati para penonton, dan bagi yang berminat masih dapat menikmatinya di situs dan akun YouTube “TaiwanPlus”.
Produser Film Diana Chiawen Lee menyampaikan, tatkala menceritakan sebuah kisah, akan menjadi sangat unik jika isinya adalah tentang kisah hidup imigran asal Indonesia di Taiwan.
Film dokumenter tersebut akan ditayangkan setiap Selasa sejak 21 Januari 2025 dengan tajuk Sally’s Taste, kemudian pada 28 Januari bertajuk Melati’s Moves. Tiga episode berikutnya, masing-masing bertajuk: Nita’s Voice, Pindy’s Craft dan Ela & Rick’s Journey.
Keseruan ala Indonesia
Dalam konferensi pers, awak media disuguhkan tayangan di tempat untuk episode 2 yang bertajuk Melati’s Move, yaitu kisah tentang seorang guru tari tradisional Indonesia, Melati, yang kini adalah guru tari di Taipei National University of Art (TNUA).
Pengambilan syuting dan editing dibuat sangat elegan dengan nilai seni kontemporer tinggi, yang menjadikannya berbeda dengan film dokumenter pada umumnya.
Selain itu, sutradara Martin Rustandi tidak lupa memasukkan “Keseruan ala Indonesia” yang terlihat asing dan ditampilkan dari imigran asal Indonesia di Taiwan dengan editing yang mendetail, termasuk latar lagu suara yang sarat suara gamelan kuno terpadu modern.
Pemain utama dalam episode Melati’s Move, Ibu Melati, menyoroti bahwa para penari yang terlihat di atas pentas panggung mayoritas serba otodidak. Panggung kegiatan diibaratkan sebuah “Rumah” yang bagi para Pekerja Migran Indonesia (PMI) dijadikan sebagai sebuah “Tujuan lokasi”.
Mereka yang tertarik untuk pentas akan rela menyediakan waktu untuk belajar menari tarian yang mungkin tidak pernah disaksikan saat mereka berada di Indonesia.
Saat Melati memberikan masukan tentang tarian tradisional, keterikatan Melati dengan para PMI yang belajar menari pun terbentuk, dimana tali silahturahmi antar WNI di Taiwan terus bergulir cepat seirama dengan jalannya waktu.
Ada asa ada rasa, paduan unik suka duka dan ragam cerita latar belakang imigran Indonesia di Taiwan, dimana Melati menyebutkan bahwa tarian sangat mudah untuk dikembangkan, hanya melalui sebuah gerakan, dan ini akan memberikan efek besar dalam bidang pengembangan diri dan sosial masyarakat.
“Namun sayangnya, sebegitu kegiatan pentas digelar dan selesai, maka selesai pula ‘Rumah’ imigran Indonesia tersebut, dan para PMI akan berlanjut bertemu di ‘Rumah’ lainnya di masa yang akan datang,” ujar Melati.
Menurut Martin Rustandi, mini seri lima episode ini menyajikan eksplorasi yang penuh makna tentang pengalaman imigran Indonesia di Taiwan dan memberikan perspektif baru terhadap cerita-cerita imigran.
“Proyek ini sangat personal bagi saya sebagai seorang imigran sekaligus Sutradara. Tujuan saya adalah mengangkat suara-suara yang seringkali terabaikan. Lewat kisah-kisah ini, saya berharap dapat menumbuhkan pemahaman dan apresiasi yang lebih besar terhadap kontribusi tak ternilai dari para imigran Indonesia bagi masyarakat Taiwan,” tuturnya.
Dalam konferensi pers, Sutradara Martin juga menyampaikan rasa terima kasih khusus kepada Melati, dengan alasan bahwa kisah Melati adalah kisah perdana yang disyuting, juga menjadi syutingan terakhir dalam seri mini dokumenter tersebut.
Hal ini dikarenakan di tengah masa penyutingan Melati’s Move, ayahanda Melati yang berada di Indonesia dikabarkan meninggal dunia, dan penyutingan terakhir untuk seri mini dokumenter tersebut adalah syuting bagian akhir epidose Melati’s Move usai Melati kembali ke Taiwan.
Martin menyampaikan, tak kenal maka tak sayang. Dalam seri mini dokumenter ada unsur tarik ulur untuk emosi hati di antara selang masa dulu dan kini. Selain itu untuk dapat mengenal hingga menerima keragaman struktur masyarakat sangat dibutuhkan adanya unsur toleransi antar semua pihak dalam kehidupan manusia.
Diharapkan seri mini dokumenter “Not Far From Home” mampu menjadi jembatan pengenalan masyarakat dan pertukaran kebudayaan Indonesia di Taiwan. Film ini menyoroti pengalaman imigran asal Indonesia di Taiwan yang penuh warna, namun seringkali luput dari perhatian publik.
Serial ini menggambarkan perjalanan hidup mereka yang penuh transformasi, mulai dari menghadapi tantangan hingga meraih harapan serta menyoroti perjuangan mereka dalam menggapai mimpi, beradaptasi secara budaya, dan membangun kehidupan baru di tanah Taiwan yang mereka anggap sebagai rumah kedua.*** Sumber SMSI Pusat
Luar Negeri
Segera ke Taiwan, Mahasiswa Penerima Beasiswa ICDF Dapat Pengarahan TETO

Release SMSI Pusat –
JAKARTA, MLCI – Kantor Perdagangan dan Ekonomi Taipei (TETO) di Indonesia mengadakan pengarahan kepada para mahasiswa penerima Program Beasiswa Pendidikan Tinggi Internasional Dana Pembangunan dan Kerjasama Internasional Taiwan (ICDF) yang akan segera berangkat ke Taiwan.
Siaran pers TETO di Jakarta, Jumat 23 Agustus 2024 menyebutkan, acara yang berlangsung pada 20 Agustus 2024 itu dibuka secara resmi oleh Kepala Perwakilan TETO di Indonesia, John Chen.
Pada kesempatan itu John Chen mewakili Kementerian Luar Negeri Taiwan juga menyerahkan beasiswa pendidikan tinggi tersebut secara simbolis kepada sembilan mahasiswa Indonesia yang berhasil meraih beasiswa tersebut pada tahun ini.
John Chen menyampaikan pidato ucapan selamat kepada para mahasiswa yang berhasil meraih beasiswa penuh dari Taiwan ICDF dan mendorong mereka untuk memanfaatkan kesempatan belajar dengan baik di Taiwan.
Para mahasiswa, lanjutnya, juga perlu melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Taiwan untuk merasakan adat istiadat dan kebudayaan Taiwan, serta bergabung dengan organisasi kemahasiswaan di universitas dan asosiasi alumni Taiwan di berbagai platform media sosial.
John Chen berharap, setelah lulus nanti, baik yang tetap tinggal di Taiwan maupun yang kembali ke Indonesia, para mahasiswa dapat terus saling berhubungan dan menjadi jembatan penting dalam mempromosikan pertukaran dan kerjasama bilateral antara Taiwan dan Indonesia.
Disebutkan, pada tahun ini terdapat sembilan mahasiswa penerima beasiswa yang akan masuk ke National Taipei University, National Chung Cheng University, National Central University, National Sun Yat-sen University, National Cheng Kung University, dan National Pingtung University.
Mereka akan menempuh pendidikan Magister (S2) dan Doktoral (S3) di berbagai bidang profesional seperti pertanian, teknik mesin, manajemen penanggulangan bencana, perencanaan wilayah dan tata kota, serta bidang pendidikan dengan keseluruhan pembelajaran dibawakan dalam Bahasa Inggris.
Pengarahan kali ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa penerima beasiswa dari Indonesia untuk mempersiapkan diri sebelum berangkat ke Taiwan. Pada kesempatan itu juga dijelaskan semua peraturan terkait beasiswa, dinamisme belajar di Taiwan, dan pedoman keselamatan selama mereka berada di Taiwan.
Saat ini terdapat lebih dari 16.000 mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Taiwan, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah mahasiswa terbanyak kedua di Taiwan.
Banyak mahasiswa penerima beasiswa yang setelah lulus dan kembali ke Indonesia menjadi semakin berprestasi dan menjadi sahabat yang mendukung Taiwan di kancah internasional.
Disebutkan pula, TETO di Indonesia akan terus mendorong pelajar Indonesia untuk menempuh pendidikan di Taiwan, mempromosikan pendidikan Bahasa Mandarin ke seluruh dunia, dan menyediakan beasiswa untuk menempuh pendidikan Sarjana (S1), Magister (S2) maupun Doktoral (S3) di Taiwan. Taiwan menyambut baik mahasiswa Indonesia berprestasi untuk mendaftarkan diri agar mendapat kesempatan belajar di Taiwan.***
Luar Negeri
Mewakili Indonesia, Tim Rebana LASQI Labura Juarai Festival Antarbangsa di Malaysia

Release SMSI Sumut-
MALAYSIA, MLCI – Tim Rebana LASQI Labuhanbatu Utara (Labura) yang mewakili Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI Indonesia berhasil menjadi Juara 1 dan menjadi tim terbaik pada pertandingan Kompang Antarbangsa di Melaka, Malaysia yang diselenggarakan dari Jumat 21 Juni 2024 hingga 23 Juni 2024.
Pada penampilannya dengan skill yang sudah terlatih, Tim Rebana DMDI Indonesia tampil apik dan energi memainkan Gendang Rebana, sehingga menghasilkan nada dan irama yang mengesankan.
Kemudian ditambah dengan aksi panggung yang membuat Ribuan penonton dari Beberapa negara Asean bersorakan dan Kagum.
Ketua Umum DMDI Indonesia Datuk H Said Aldi Al Idrus SE MM mengapresiasi prestasi yang diraih Tim Rebana yang selama ini dibina ini oleh Bupati Labura H Hendriyanto Sitorus SE MM melalui LASQI Labura Sumatera Utara.
“Alhamdulillah Tim Rebana DMDI Indonesia Besutan H Idris Aritonang Ketua Lasqi Labura menjadi juara 1 dan menjadi Tim terbaik di tingkat antarabangsa, Ini prestasi yang sangat luar biasa. Mengharumkan nama DMDI Indonesia Lasqi Labura Sumut di luar negeri,” ujar Said Aldi kepada wartawan melalui sambungan seluler dari Melaka Malaysia, Minggu (23/6/2024).
Said Aldi berharap, dengan torehan prestasi gemilang yang berhasil diraih Tim Rebana DMDI Indonesia oleh Pimpinan Rombongan Wakil Sekjend DMDI Indonesia H Syafrizal Harahap yang juga Ketua Umum DPW BKPRMI Sumut, Ketua Lasqi Labura H Idris Aritonang, Said Abdul Razak Al idrus Biro Belia DMDI semoga dapat bermanfaat bagi pelestarian dan pembinaan budaya musik religi di dunia melalui DMDI.
Said Aldi juga mengungkapkan, selain aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan dan keagamaan serta budaya, DMDI Indonesia juga memiliki sanggar musik Islami dengan melatih Tim Rebana bekerjasama dengan Lasqi yang sudah malang-melintang mengikuti festival di tingkat nasional dan juga internasional.
“Dan salah satu hasilnya meraih juara 1 dan menjadi Tim terbaik di Melaka, Malaysia dan berharap agar Tim Rebana tetap berlatih di bawah binaan Lasqi Labura mengembangkan variasi warna musik. Apabila nantinya ada lagi festival tingkat internasional, bisa kembali mengikuti dan memberikan hasil terbaik,” katanya.
Pihaknya terima kasih kepada Presiden DMDI Tun Seri Setia HM Ali Rustam, Wakil Presiden Komjend Pol Purn Syafruddin, Dewan Penasehat Dr H Rahmatshah, H Musa Rajekshah, Bupati dan wakil Bupati serta masyarakat Labura yang telah memberikan dukungan dan Doanya sehingga Tim Rebana DMDI Indonesia menjadi juara dan tim terbaik di luar negeri, ujar Said Aldi yang juga Ketua Umum DPP BKPRMI.***
-
Hukum & Kriminal4 tahun ago
4 Pria dan 1 Wanita Terduga Pelaku Narkoba Diringkus Polres Lahat
-
Hukum & Kriminal4 tahun ago
Team Tiger Polres Lahat Kembali Tangkap Terduga Pembunuhan
-
Hukum & Kriminal4 tahun ago
Dua Pasal Hukum, Dodo Arman Ditangkap Kasat Reskrim Polres Lahat
-
Peristiwa4 tahun ago
Pelajar Alami Kecelakaan di Perlintasan Kereta Api Depan SMKN 2 Lahat
-
Hukum & Kriminal4 tahun ago
Hampir Dua Bulan Buron, Pembacok Diciduk Tim Satreskrim Polres Lahat
-
Hukum & Kriminal4 tahun ago
Langgar Aturan, Oknum Polres Lahat Diberhentikan Tidak Hormat
-
Hukum & Kriminal4 tahun ago
Komplotan Pelaku Narkoba Lahat Tengah Berhasil Ditangkap Polres Lahat
-
Hukum & Kriminal4 tahun ago
Soal Pembunuhan di Kikim Tengah, Pengacara Korban Angkat Bicara